Catatan Vivi

Jumat, 09 Oktober 2009

Syaifuddin Zuhri dan Muhammad Syahrir Tewas Diberondong Peluru Densus


[ Sabtu, 10 Oktober 2009 ]
Syaifuddin Zuhri dan Muhammad Syahrir Tewas Diberondong Peluru Densus
JAKARTA - Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri terus mengobrak-abrik dan memereteli jaringan teroris Noordin M. Top. Dalam operasi terbatas enam jam kemarin, dua teroris yang diyakini sebagai Syaifuddin Zuhri dan Muhammad Syahrir tewas diberondong peluru oleh CRT (Crisis Response Team) Densus 88.

Syaifuddin adalah teroris buron kedua setelah Noordin M. Top. ''Kami menduga, mereka adalah Syaifuddin Zuhri dan Muhammad Syahrir. Itu berdasar keterangan saksi dan keterangan lain yang didapatkan di lapangan,'' kata Kadiv Humas Irjen Pol Nanan Soekarna di Mabes Polri tadi malam.

Nanan belum berani memastikan karena masih menunggu identifikasi DNA dan data forensik yang lain. ''Senin nanti (12/10) baru bisa jelas,'' tambahnya.

Meski demikian, Nanan mengatakan bahwa polisi sudah menghubungi keluarga Syaifuddin di Cilimus, Kuningan, Jawa Barat.

Penggerebekan dilakukan di sebuah rumah kos milik Haji Jatna di Gang Semanggi 2 RT 2/ RW 3, Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang. Hingga tadi malam, lokasi itu dipadati warga yang menonton.

Penangkapan Syaifuddin dan Syahrir itu sebenarnya berawal dari data laptop Noordin M. Top. Selain itu, polisi mendapatkan pengakuan penting dari Aris Makruf, DPO (daftar pencarian orang) yang menyerah di Temanggung.

Sumber Jawa Pos Sabtu lalu (3/10) mengungkapkan, sebuah operasi besar segera dilakukan. ''Insya Allah, kita akan mendapatkan sesuatu yang besar dalam beberapa saat lagi,'' kata perwira itu (Jawa Pos 4/10). Janji itu dipenuhi lima hari kemudian.

Menurut Nanan, polisi terpaksa menembak dua buron tersebut. ''Sebab, mereka melempar bom dari sakunya,'' kata mantan Kapolda Jawa Barat itu.

Dia menjelaskan, penggerebekan dimulai dari penangkapan seorang berinisial Fr di Bekasi Timur. ''Pagi diringkus, siang langsung ke Ciputat,'' katanya.

Fr disebut-sebut sebagai Fajar. Dia itulah yang diduga polisi sebagai kurir yang bertugas menyediakan safe house bagi Syaifuddin dan Syahrir. ''Dia mengaku sebagai Sony, yang mencari kontrakan,'' katanya. Fajar alias Sony tinggal di kos itu sejak bulan Ramadan. Namun, Syaifuddin dan Syahrir baru masuk tiga hari lalu (Selasa, 6/10).

Berdasar informasi itu, pukul 11.15 kemarin tim CRT atau Tim PeĀ­nindak Densus 88 Mabes Polri bergerak masuk ke rumah kos yang dihuni Syaifuddin dan Syahrir. ''Anggota terpaksa menembak karena mereka menyerang petugas. Di sana ada tujuh bom,'' kata Nanan.

Seorang sumber yang ikut dalam penggerebekan menuturkan, Syahrir melemparkan bom pipa kali pertama begitu pintu didobrak. ''Dapat ditangkis,'' kata sumber itu. Setelah pintu terbuka, Syaifuddin berusaha lari dengan melemparkan bom untuk menjebol genting kamar. Namun, bom itu tidak meledak. Syaifuddin kembali melemparkan bom ke arah tim Densus 88 dan meledak hanya satu meter di samping seorang anggota.

''Karena melawan, (mereka) harus kami lumpuhkan,'' katanya.

Kamar berukuran 3 x 4 meter itu jebol pada bagian pintu dan sebagian dindingnya. ''Bom pipa yang mereka bawa ukuran kecil, tapi kalau kena langsung bisa mematikan. Seperti mercon Leo (jenis mercon), tapi lebih besar sedikit,'' katanya.

Saksi mata Usep Muzani, penghuni kamar nomor 14 samping kamar Syaifuddin, sempat terkunci di kamar saat penggerebekan. ''Saya mendengar suara, bawa hidup bawa hidup,'' ujarnya.

Tapi, beberapa saat kemudian Usep mendengar suara ledakan. ''Seperti petasan,'' tambahnya. Setelah itu, dia mendengar suara baku tembak.

"Saya sempat ditodong Densus, lalu disuruh keluar," kata mahasiswa UIN itu. Tempat persembunyian Syaifuddin memang unik. Lokasinya dekat sekali dengan Kampus UIN Syarif Hidayatullah Ciputat. Jaraknya hanya sekitar 600 meter dari Jalan Ciputat Raya. Rumah Rektor UIN Prof Dr Komaruddin Hidayat juga tak jauh dari lokasi itu, hanya sekitar 500 meter dan beda rukun tetangga (RT).

Di lokasi itu, ada Pusdiklat Departemen Agama, Kampus Bina Sarana Informatika, dan Ciputat Mega Mall yang merupakan kompleks pertokoan yang ramai. Jarak antar rumah juga sangat rapat.

Persembunyian Syaifuddin itu hanya satu kilometer dari Polsek Ciputat. "Masak teroris lapor polsek dulu," kata Kabidpenum Mabes Polri Kombes Untung Yoga saat ditanya soal kelengahan aparat polsek.

Sumber Jawa Pos menuturkan, lokasi itu terendus karena jaringan Syaifuddin berkhianat. "Tekanan media membuat mereka frustrasi," katanya. Fajar adalah kurir lapis terakhir bagi keduanya. Nama Fajar muncul sejak pengintaian intensif setelah pemakaman Urwah di Mijen, Kudus, (baca: Gantikan Noordin, Syaifuddin Sudah Pegang Komando, Jawa Pos, 7 Oktober 2009).

Kadiv Humas Nanan Soekarna menjelaskan, Fajar sebenarnya nama baru. "Dia masih kerabatnya," kata Nanan. Setelah operasi itu, Nanan memastikan Densus 88 masih bekerja. "Ada puluhan yang belum (tertangkap)," imbuhnya.

Penangkapan yang berujung tewasnya duo teroris asal Kuningan, Jawa Barat, itu disesalkan pengamat terorisme Rakyan Adibrata. "Amat disayangkan kalau benar-benar Syaifuddin. Karena dia punya jaringan langsung ke Al Qaidah," katanya.

Peneliti Research Center for Terrorism and Security yang pernah meriset terorisme di Prancis itu menilai, metode pengepungan Densus tidak harus berakhir mati. "Sebenarnya, bisa dilumpuhkan dengan non lethal weapon," tuturnya. (rdl/kum)

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda